Ads 468x60px

Sabtu, 14 Januari 2012

tokoh tokoh sufi


Tokoh-Tokoh Sufi Abad ke Abad


Tokoh-Tokoh Sufi Abad ke Abad
Fase pertama perkembangan Sufi Islam, tumbuh dari abad pertama dan kedua Hijriyah. Pada jaman ini Pula dikalangan Muslim sudah terdapat individu-individu yang lebih memusatkan dirinya pada ibadah, tidak mementingkan makanan, pakaian maupun tempat tinggal. Mereka lebih memusatkan diri pada jalur kehidupan dan tingkah laku yang asketis dan Zuhud. diantara tokoh-tokoh sufi pada zaman ini adalah Hasan al-Bashri (meninggal pada 110 H) ,  Rabi’ah al-Adawiyah  (meninggal pada 185 H). Sufyan -al-Tsauri.

Sejak abad ketiga Hijriyah para tokoh sufi mulai menaruh perhatian pada hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku, ditandai dengan moral yang karakteristik, sehingga tasawuf berkembang menjadi ilmu moral keagamaan
.
Mulai lah dibahas hubungan Dzat Ilahi dengan manusia, kemudian disusul perbincangan tentang fana’ , khususnya oleh Abu Yazid Al Bustami.  Dari sinilah tumbuh pengetahuan tentang sufi.
Pada abad ketiga dan keempat Hijriyah, ada beberapa tokoh sufi yang terkenal  seperti al-Junaid, al-Sirri al-Saqothi (meninggal 253 H),  al-Kharraz, yang memiliki banyak murid. inilah yang menjadi cikal bakal tariqat-tariqat sufi dalam Islam. Sedangkan tokoh sufi lainnya adalah Dzun Nun al-Mishri (meninggal 245 H), al-Thusi karya Luma’, al-Sya’rani kitabnya al-Thabaqat a-Kubra. al-Junaid ( meninggal 298),  Abu Hamzah al-Baghdadi (meninggal 298 H), Abu al-Husain al-Nuri (meninggal 295 H)  .
Abad ketiga Hijriyah, juga muncul jenis tasawuf lain yang diwakili al-Hallaj, yang kemudian dihukum mati, karena menyatakan pendapatnya tentang hulul (309 H). Tokoh sufi yang lain diantaranya Abu Hasan al-Asy’ari (meninggal tahub 324 H) , Abu bakr Muhammad ibn Abu Bakr al-Thusi (meninggal 405 H), Abu ishha al-Isfarayini meninggal  418 H, .al-Harawi, Al-Qusyairi ( meninggal 465 H)
Lalu pada abad kelima Hijriyah muncullah Imam al-Ghazali,  yang sepenuhnya menerima tasawuf berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan tujuan asketisme, hidup sederhana, pelurusan jiwa,  dan pembinaan moral. Imam al-Ghazali berhasil memancangkan prinsip-prinsip tasawuf yang moderat, seiring dengan aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan bertentangan dengan jenis tasawuf  al-Hallaj dan Abu Yazid al-Bustami mengenai soal karakter manusia. ,
Pada abad keenam Hijriyah, Karena pengaruh kepribadian al-Ghazali yang begitu besar, pengaruh tasawuf sunni semakin meluas dalam dunia Islam. yang memunculkan para tokoh sufi yang mengembangkan tariqat-tariqat dalam mendidik murid mereka, tokoh sufi tersebut misalnya Sayyid Ahmad al-Rifa’i (meninggal pada 570 H) dan Sayyid ‘Abd al-Qadir al-Jailani (meninggal pada 651 H). al-Lakhmi (meninggal 650 H)
Selain itu Pada abad keenam Hijriyah pulalah munculnya beberapa tokoh sufi yang memadukan antara tasawuf dan Filsafat. Tokoh-tokoh sufi tersebut adalah al-Syuhrawardi al-Maqtul (meninggal pada549 H),  Syeikh Akbar Muhyiddin ibnu ‘Arabi (meninggal 638 H), Umar ibn al-Faridh (meninggal 669 H),   ‘Umar al-Faridh (meninggal 632 H), ‘ Abd al-Haqq ibn Sab’in al-Mursi (meninggal 669)


Pada abad ketuju Hijriyah muncul sufi islam yang lain dengan menempuh jalan yang sama, yang terkenal diantaranya, Abu al-Syadzilli (meninggal 656 H),  Abu al-Abbas al-Mursi (meninggal pada 686 H), Ibn ‘Atha’illah al-Syakandari (meninggal 709 H). mereka para tokoh sufi aliran Syadziliyyah sebagai kesinambungan jenis tasawuf Sunni al-Ghazali. Ibn Taimiyah (meninggal 728 H). Ibn Qayyim (meninggal 751 H), al-Farkawi ( meninggal 795 H)
Pada masa setelah Abad ke tujuh berkembanglah berbagai Tariqat dengan  sangat pesat dalam berbagai aliran.
Tokoh sufi dan ajarannya, akan kita bahas dalam posting selanjutnya satu persatu, insya Allah.

ayat dakwah


kita sukai Warna Islam...







Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah
Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah. ” (Al-Muddatstsir: 1-7). 
Sepintas lalu ini merupakan perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang jauh, berpengalaman sangat kuat dan nyata, yang dapat dirinci sebagai berikut: 

  1. Tujuan pemberian peringatan, agar siapa pun yang menyalahi keridhaan Allah di dunia ini diberi peringatan tentang akibatnya yang pedih di kemudian hari, dan yang pasti akan mendatangkan kegelisahan dan ketakutan di dalam hatinya. 
  2. Tujuan mengagungkan Rabb, agar siapa pun yang menyombongkan diri di dunia tidak dibiarkan begitu saja melainkan kekuatannya akan dipunahkan dan keadaannya dibalik total, sehingga tidak ada kebesaran yang menyisa di dunia selain kebesaran Allah
  3. Tujuan membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa, agar kebersihan lahir dan batin benar-benar tercapai, begitu pula dalam membersihkan jiwa dari segala noda dan kotoran bisa mencapai titik kesempurnaan, agar jiwa manusia berada di bawah lindungan rahmat Allah, penjagaan, pemeliharaan, hidayah dan cahaya-Nya, sehingga dia menjadi sosok paling ideal di tengah masyarakat manusia. mengundang pesona semua hati dan decak kekaguman. 
  4. Tujuan larangan mengharap yang lebih banyak dari apa yang diberikan agar seseorang tidak menganggap perbuatan dan usahanya sesuatu yang besar lagi hebat, agar dia senantiasa berbuat dan berbuat lebih banyak berusaha dan bekorban, lalu melupakannya. Bahkan dengan perasaannya di hadapan Allah, dia tidak merasa telah berbuat dan berkorban 
  5. Dalam ayat yang terakhir terdapat isyarat tentang gangguan. Siksaan, ejekan dan olok-olok yang bakal dilancarkan orang-orang yang menentang, dan bahkan mereka akan berusaha membunuh beliau dan membunuh para shahabat serta menekan setiap orang yang beriman di sek]tar beliau. Allah memerintahkan agar beliau bersabar dalam menghadapi semua itu, dengan modal kekuatan dan ketabahan hati, bukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, tapi karena keridhaan Allah semata.  

Alangkah sederhananya perintah-perintah ini jika dilihat secara sepintas lalu. Alangkah lembut sentuhanya. Tetapi betapa besar dan berat pengamalannya, alangkah besar pengaruh guncangannya terhadap seisi alam dan membiarkan sebagian berbenturan dengan sebagian yang lain. Ayat-ayat ini sendiri mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Pemberian peringatan itu sendiri biasanya mengundang berbagai reaksi yang kurang menyenangkan bagi pelakunya. Apalagi semua orang sudah tahu bahwa dunia ini tidak mau tahu apa yang dilakukan manusia dan tidak akan memberi balasan macam apa pun terhadap apa pun yang mereka kerjakan. 
Pemberian peringatan menuntut kedatangan suatu hari di luar hari-hari di dunia, yang pada saat itu akan ada pembalasan. Hari itu adalah hari kiamat atau hari pembalasan. Hal ini mengharuskan adanY’a suatu kehidupan lain yang berbeda dengan kehidupan yang dijalani manusia di dunia. 
Semua ayat ini menuntut tauhid yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada keridhaan Allah
Jadi hal-hal yang terangkum di sini meliputi: 

  1. Tauhid. 
  2. Iman kepada Hari Akhirat. 
  3. Membersihkan jiwa, dengan cara menjauhi kemungkaran dan kekejian, yang kadang-kadang mengakibatkan munculnya hal-hal yang kurang menyenangkan, mencari keutamaan, kesempurnaan dan perbuatan-perbuatan yang baik. 
  4. Menyerahkan semua urusan kepada Allah
  5. Semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung di bawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus. 

Di samping itu, permulaan ayat-ayat ini mengandung seruan yang tinggi, sebagai perintah yang ditujukan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, agar beliau bangun dari tidur dan melepas selimut, siap untuk berjihad dan berjuang: 
Hai orang yang berkemul, bangunlah lalu berilah peringatan“.
Seakan-akan Allah befirman,
Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya bisa hidup tenang dan santai. Tapi engkau yang memanggul beban besar ini, mengapa tidur-tiduran saja? Mengapa engkau samai-santai saja? Mengapa engkau masih telentang di atas tempat tidur yang nyaman dan tenang-tenang saja? Bangunlah untuk menghadapi urusan besar yang sudah menantimu. Beban berat sudah menunggu di hadapanmu.
Bangunlah untuk berjihad dan berjuang. Bangunlah, karena waktu tidur dan istirahat sudah habis. Sejak hari ini engkau harus siap unmk lebih banyak berjaga pada malam hari dan perjuangan yang berat lagi panjang. Bangunlah dan bersiaplah untuk semua itu.“ 
Sungguh ini merupakan perkataan yang besar dan menakutkan, yang membuat beliau melompat dari temp at tidurnya yang nyaman di rumah yang penuh kedamaian, siap terjun ke kancah, di antara arus dan gelombatlg, antara yang keras dan yang menarik menurut perasaan manusia, rerjun ke kancah kehidupan. 
Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangkit, dan setelah itu selama dua puluh lima tahun beliau tidak Pernah istirahat dan diam, tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat di atas  pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Beliau pernah hidup di medan peperangan secara terus-menerus dan berkepanjangan selama dua puluh tahun. Urusan demi urusan tidak pernah lekang selama itu, semenjak beliau mendengar seruan yang agung dan mendapat beban kewajiban. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dan kepada siapa pun. (Fi Zhilalil-Qur’an, tafsir surat Al-Muzzammil dan Al-Muddatstsir, 29/168-182. )

media dakwah melalui majalah+tv Media Dakwah melalui Majalah dan TV


*Dakwah melalui Majalah*
Ada tiga persoalan yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana pesan dakwah pada rubrik sakinah?; 2) Bagaimana bahasa yang digunakan pada rubrik sakinah ini ditampilkan?; 3) Bagaimana makna pesan yang terkandung dalam rubrik sakinah pada majalah Darul Falah edisi 2 Oktober 2008-5 Januari 2009?


Dalam menjawab tiga permasalahan yang ada, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengacu pada salah satu jenis penelitian media yakni analisis isi dengan model analisis wacana yang terbagi menjadi dua model yaitu:1.model Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Trew, model ini menekankan pada aspek bahasa yang digunakan oleh media.2. model Vand Dijk model ini menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks maka mengunakan tiga elemen secara umum yaitu struktur makro, struktur mikro dan superstruktur.


Kesimpulah yang dapat diambil ada tiga yaitu: 1. Proses penyampaian pesan dakwah pada rubrik sakinah dimajalah darul falah adalah problematika yang terjadi dimasyarakat seperti kehidupan rumah tangga yang mana di dalamnya ditegakkan menurut syariat ajaran agama Islam dengan mengikuti prinsip-prinsip pernikahan sesuai dengan al-Qur’an dan pedoman sunnah Rasulullah SAW. Masalah-masalah tersebut yaitu nikah adalah ibadah,nikah merupakan fitra syarat menurut ajaran Islam dipenuhi,maupun berbagai persoalan fundamental lainnya yang senantiasa melingkupi relung kehidupan masyarakat. 2. Bahasa yang digunakan pada rubrik sakinah dimajalah Darul Falah ini memakai model Roger Fowler dan kawan-kawan yaitu peristiwa kosa kata yang dipakai untuk menggambarkan aktor (agen) yang terlibat dalam peristiwa.Misalnya:dalam rubrik sakinah mengenai Karakteristik Rumah Tangga Islami apakah misalnya dipakai kata Tegak di Atas landasan Ibadah, nilai-nilai Islami dapat terinternalisasi secara kaffa (menyeluru), Hadirnya Qudwah yang nyata (menyeluruh). Bagaimana peristiwa digambarkan lewat rangkaian kata. Misalnya, dalam rubrik sakinah mengenai Karakteristik Rumah Tangga Islami. Bagaimana peristiwa itu dijelaskan lewat kalimat yaitu rumah yang didalamnya terdapat iklim sakinah(tenang) mawaddah (penuh cinta) dan rahmah(sarat kasih sayang). 3. Makna pesan yang terkandung dalam rubrik sakinah dimajalah Darul falah ini memakai model Van Dijk yaitu struktur makro adalah tentang rumah tangga Islami yang mana mempunyai landasan ibadah dan ditegakkan adab-adab Islam, karena rumah tangga Islami menjadi panutan dan dambaan umat. Dilihat dari super struktur sebuah cerita perjalanan sakinah diibaratkan seperti sang pembalap (suami) dan navigator (istri) dengan sepenuhnya untuk mendampingi dan membantunya, dalam banyak hal yang tidak dapat diperhitungkan kontribusinya atas keberhasilan tersebut.dan dari segi struktur mikro pesan dakwah adalah menerangkan tentang wanita di ciptakan bukan hanya sekedar pelengkap antara pria dan wanita,seperti ada siang atau malam,wanita diperuntuhkan khusus untuk menjadi pendamping sekaligus penolong bagi pria dalam menentukan arah dan memonitor kondisi rumah tangga. Pesan yang tergambar dalam teks tersebut merupakan rangkaian masalah: 1) Syari'iyah, yakni Problematika yang terjadi dimasyarakat seperti kehidupan rumah tangga yang mana didalamnya ditegakkan menurut syariat ajaran agama Islam. 2) Dalam bahasa majalah Darul Falah ini mengunakan kosa kata yang dipakai untuk menggambarkan actor (agen) yang terlibat dalam peristiwa itu dijelaskan lewat kalimat seperti rumah yang didalamnya terdapat iklim sakinah (tenang),mawaddah(penuh kasih sayang)dan rahmah (sarat kasih sayang). 3. Makna pesan yang terkandung di dalam majalah ini adalah bangunan rumah tangga Islami, rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat, maka masyarakat Islami dapat diwujudkan.

Berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, peneliti ini masih perlu diperdalam dengan melakukan kajian langsung oleh peneliti berikutnya dalam fokus masalah peneliti dan pesan analisis yang berbeda.

*TELEVISI SEBAGAI MEDIA DAKWAH*
Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang akselerasi dengan perkembangan kehidupan manusia sebagaimana telah tersebut, maka penggunaan media untuk berdakwah juga mengalami perkembangan. Dakwah yang pada awalnya hanya menggunakan media tradisional, kemudian berkembang menjadi lebih banyak alternatifnya yaitu dengan menggunakan sentuhan-sentuhan teknologi modern, baik melalui media cetak (buku, koran, majalah, tabloit dan lain-lain) maupun dengan media elektronik (radio, televisi, film, VCD, internet dan lain sebagainya). Perkembangan media dakwah dengan teknologi modern ini menuntut semua pihak, khususnya aktifis dakwah untuk senantiasa kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi dimaksud guna kemaslahatan umat manusia.
Salah satu media modern yang memiliki beberapa kelebihan, dan telah dijadikan sebagai media dakwah, yang akan menjadi fokus pembahasan pada tulisan ini adalah media televisi. Televisi sebagai salah satu hasil karya teknologi komunikasi memiliki berbagai kelebihan, baik dari sisi programatis maupun teknologis. Dilihat dari sisi dakwah, media televisi dengan berbagai kelebihan dan kekuatannya seharusnya bisa menjadi media dakwah yang efektif jika dikelola dan dipergunakan secara profesional. Karena dakwah melalui media televisi memiliki relevansi sosiologis dengan masyarakat, mengingat pemirsa televisi di Indonesia mayoritas beragama Islam. Selain itu secara ekonomis, dakwah melalui media televisi sebenarnya juga mempunyai pangsa pasar yang potensial jika digarap secara profesional pula.
Televisi sejak awal kehadirannya di Indonesia, mulai dari Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun 1962, yang telah memonopoli siaran televisi di Indonesia hampir 3 (tiga) dasawarsa, sebenarnya telah ikut serta dalam kegiatan dakwah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Keppres. Nomor 215 Tahun 1963, pasal 4 (empat), bahwa tujuan didirikannya TVRI adalah sebagai alat hubungan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan mental spiritual, fisik bangsa dan negara Indonesia. Maka khususnya untuk melaksanakan tujuan sebagai alat pembangunan mental spiritual ini, TVRI minimal 1 (satu) kali dalam seminggu menyiarkan “Mimbar Agama”, yang terdiri dari semua agama yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnya program “Mimbar Agama Islam”.
Kemudian ketika muncul beberapa televisi swasta mulai dari RCTI (1989) disusul SCTV (1989), TPI (1991), AN-Teve (1993), Indosiar (1995) dan sekitar tahun 2000-an muncul beberapa televisi swasta seperti Metro TV, Trans TV, La-TV, Global TV dan beberapa TV Daerah lainnya, siaran-siaran dakwah juga masih ada. Ceramah-ceramah keagamaan di waktu subuh, Peringatan Hari Besar Islam dan acara-acara bernuansa Islam, khususnya di bulan ramadhan ditayangkan televisi. Hal ini merupakan bukti bahwa televisi sebenarnya juga telah memberikan kontribusi terhadap kegiatan dakwah. Namun di balik bukti dan pengakuan itu masih sering muncul pertanyaan dari kita (masyarakat muslim), khususnya para aktifis dakwah, yang mempertanyakan tentang : Pertama, mengapa siaran dakwah di televisi durasi tayangnya hanya sedikit (rata-rata sekali tayang hanya 30 menit) dan tidak sebanding dengan acara-acara lain. Kedua, mengapa jam tayang acara dakwah di televisi kebanyakan hanya pada pagi hari (jam 05.00), bukankah pada jam-jam itu kemungkinan sasaran dakwahnya masih tidur atau mungkin masih memiliki kesibukan lain untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kalaupun ada penonton, kemungkinan penonton acara dakwah ini mereka yang sebenarnya dari sisi agama sudah mapan, yaitu mereka yang sudah terbiasa bangun pagi dan mau melakukan sholat subuh, tetapi bagaimana terhadap sasaran dakwah lain.
Acara dakwah di televisi dapat dilihat dalam tabel berikut, yang dirangkum dari menu acara televisi di Harian KOMPAS :

Stasiun Acara Jam Penayangan Keterangan
TVRI Hikmah Pagi 05.00-05.30 Setiap hari
TVRI Lagu Religi 05.30-06.00 Setiap hari
TVRI Mutiara Jum’at 10.30-11.30 Setiap Jum’at
TPI Kuliah Subuh 05.00-05.30 Setiap hari
RCTI Hikmah Fajar 05.00-05.30 Setiap hari
Indosiar Penyejuk Imani Islam 05.00-05.30 Setiap hari
SCTV Di Ambang Fajar 05.00-05.30 Sudah tidak tayang
ANTEVE Mutiara Subuh 05.30-06.00 Sudah tidak tayang
Metro TV Fajar Imani 05.30-06.00 Sudah tidak tayang

Ketiga, mengapa siaran dakwah di televisi hanya marak pada bulan ramadhan. Dan mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang mempersoalkan siaran dakwah di televisi. Untuk membahas itu, penulis mencoba untuk mengurai problematika siaran dakwah di televisi dari perpektif bisnis media. Sehingga nantinya diharapkan muncul solusi yang tepat untuk mengatasi problematika tersebut.

C. Problematika Siaran Dakwah di Televisi Perspektif Bisnis Media
Untuk mengatasi problematika siaran dakwah di televisi memang bukan pekerjaan yang mudah, dan tidak hanya bisa menyalahkan pihak televisi yang selama ini terasa sangat kurang dalam menyiarkan agama Islam. Seluruh umat Islam sebenarnya secara tidak langsung juga telah mempunyai andil dalam terjadinya kekurangan siaran dakwah di televisi.
Pengelola stasiun televisi memang memiliki andil dalam menentukan seberapa besar volume dan jam tayang siaran dakwah. Karena dilihat dari segi politik informasi menurut Dedy Jamaludin Malik bahwa siaran dakwah sebenarnya hanyalah suplemen dan komponen kecil dari politik penyiaran televisi. Pengelola televisi sebenarnya tidak mempunyai target untuk membentuk masyarakat yang religius. Kalaupun sekarang televisi menayangkan siaran agama Islam, bisa jadi itu hanya untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa televisi juga mempunyai komitmen terhadap masalah keagamaan.
Ada persoalan yang harus diketahui dan difahami bahwa televisi-televisi swasta yang ada sekarang ini didirikan tidak bisa lepas dari kepentingan profit oriented, sehingga kebijakan siaran juga tidak bisa lepas dari unsur “bisnis”, yaitu pertimbangan untung dan rugi, dan di balik semua kepentingan politik penyiaran muaranya juga masalah bisnis. Sehingga siaran dakwah yang di tayangkan televisi harapannya juga menjadi komoditas dari sebuah produk yang layak jual.
Termasuk, kenapa siaran dakwah di televisi pada bulan ramadhan begitu marak ? Hal ini juga tidak bisa lepas dari kepentingan bisnis pengelola televisi dan pemasang iklan, yakni menggunakan moment ramadhan untuk menjual produk-produk yang dibutuhkan umat Islam pada bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri melalui acara-acara yang bernuansa Islam yang dibuatnya. Sehingga tanpa terasa, sebenarnya umat Islam telah “dicekoki” oleh televisi dengan budaya konsumerisme yang sangat berlawanan dengan ruh ibadah puasa itu sendiri.
Perlu diketahui pula bahwa setiap “jengkal waktu”, mulai dari jam, menit hingga detik bagi televisi (khususnya swasta) mempunyai nilai jual (uang) ke pemasang iklan, dan satu waktu dengan waktu yang lain (jam, menit hingga detik) mempunyai nilai harga jual yang berbeda, tergantung rating acara yang disiarkan. Rating acara ini ditentukan berdasarkan seberapa besar minat penonton televisi terhadap acara tertentu. Sehingga dengan asumsi jika suatu acara televisi itu “bagus” maka acara itu akan diminati oleh orang banyak, dan iklan yang ditayangkan di acara itu juga ditonton orang banyak, sehingga produk yang ditawarkan di iklan tersebut juga mempunyai kemungkinan untuk dibeli oleh orang banyak. Disinilah berlaku hukum timbal balik atau sebab akibat secara ekonomis dan saling menguntungkan antara pihak produser (Production House), televisi dan pemasang iklan. 

Pengertian Komunikasi Dakwah

PEMIKIRAN

TENTANG KOMUNIKASI DALAM PERSEPEKTIF DAKWAH


  1. Pengertian Komunikasi Dakwah

Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.

Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.


Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.

Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan.

Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.

Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.

Latar belakang pendidikan Jalaluddin Rakhmat yang lebih spesipik pada bidang komunikasi menjadikannya matangan dalam bidang komunikasi. Kematangan Jalal dalam bidang komunikasi telah ditunjukan baik dalam komunikasi verbal yang disampaikan dalam menyampaikan materi-materi ilmiah baik dikampus atuapun dalam seminar dan forum ilmiah lainnya. Dalam komunikasi non verbal, Jalal juga menunjukkan kemampuannya dengan mengisi kolom opini dan ilmiah di media massa baik yang sifatnya lokal ataupun nasional sampai pada dibukukannya karya-karya tersebut baik olehnya sendiri ataupun atas permintaan orang lain.

Kematangan keilmuan dalam bidang komunikasi Jalal diakui juga oleh para pemikir-pemikir lainnya di Indonesia, sehinggi tidak jarang Jalal diminta memberikan kata pengantar pada karya-karya orang lain. Hal ini membuktikan kepercayaan orang lain terhadap pemikiran Jalaluddin Rakhmat sebagai seorang cendikiawan muslim yang membidangi ilmu komunikasi.

Sebagaimana halnya kiprah Jalaluddin Rakhmat dalam bidang komunikasi, dalam bidang dakwah Ia juga selalu melakukan kegiatan dakwah sebagaimana kewajibannya sebagai seorang muslim. Dakwah yang memiliki spesifikasi lebih khusus disbanding dengan keilmuan komunikasi ditekuni Jalal sebagai media dalam mendekatkan diri kepada sang penciptanya.

Dakwah sendiri memeiliki kecenderungan yang lebih khusus dalam bidang siar agama Islam, aktifitas dakwah yang dilakukan Jalal hampir sama dengan aktifitasnya dalam melakukan aktifitas komunikasi. Dalam dakwah bil lisan Jalal senantiasa aktif dalam majlis pengajian baik yang didirikannya ataupun dalam memenuhi undangan guna memberikan pemahaman tentang agama Islam. Dakwah bil hal Jalal dilakukannya dengan mendirikan lembaga pengajian ataupun lembaga torekoh yang dijadikan media dalam menyampaikan gagasan serta pemikirannya guna menjalankan aktifitas dakwahnya.

Dakwah bil Qolam yang dilakukan Jalal memberikan bukti yang kuat pada penerapan keilmuan dakwah yang coba dituangkan dengan pemikiran atau keahlian komunikasi yang dimilikinya. Sebagaimana karya-karya Jalal yang dimuat di media massa, banyak sekali pemikiran-pemikiran Jalal yang memiliki unsure dan materi dakwah.

Kehadiran Jalal dengan pemikiran Islam yang moderen dapat diterima oleh khalayak umum melalui media masa melalui penuangan pemikiran melalui tulisan. Ini semua dikarenakan keahlian Jalal dalam bidang komunikasi.

Meski telah dikatakan tidak adanya keterkaitan antara keilmuan dalam bidang komunikasi dan dakwah akan tetapi Jalaluddin Rakhmat mempu menggabungkan ide dakwahnya melalui kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga jelas bahwa baik kata komunikasi ataupun dakwah secara khusus tidak memiliki kesamaan, namun secara umum kesamaan antara komunikasi dan dakwah pada pesannya dimana pesan pada keilmuan bidang komunikasi lebih bersifat umum sedangkan pesan yang ada dalam keilmuan bidang dakwah lebih khusus pada bidang keagamaan Islam.


  1. Hubungnan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah

Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Sebagai ahli dibidang komunikasi dan praktisi dakwah, Jalaluddin Rakhmat memandang kemajuan dibidang ilmu moderen harus disambut oleh para juru dakwah dalam mengembangkan Islam. Dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda.

Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan.

Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsunag.

  1. Tujuan Komunikasi Dakwah

Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.

Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan agama saja.

Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan daru proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.


  1. Karakteristik Proses Komunikasi Dakwah

Baik komunikasi atau dakwah keduanya dilakuakan baik secara langsung ataupun tidak langsuang. Dalam proses secara langsung komunikasi ataupun dakwah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu verbal dan non verbal. Dalam penyampaian pesan verbal komunikasi atau dakwah itu bisa bersifat satu arah ataupun dua arah. Dalam komunikasi atau dakwah non verbal kegiatan ini bisa dilakukan memalui berbagai kegiatan atau iklan-iklan yang tujuannya perubahan sikap dan tingkah laku.

Dalam menyampaikan pesan dakwahnya Jalal telah menggunkan dua bentuk penyampaian pesan dakwah. Pertama verbal, dimana pesan komunikasi dakwah yang dilakukan Jalal menggunkan lisan atau ucapan. Kedua non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan. Dalam melakukan pendekatan kepada audiennys Jalal menggunkan beberapa pendekatan. Yaitu, persuasive dan koersif.

Adapun sifat dari pesan dakwah yang disampaikan oleh Jalal adalah Qaulan sadidan (perkataan yang benar), qawlan balighan (perkataan, sampai), Qawlan maysura, Qawlan layyinan, Qawlan ma’rufan. Kata kunci ini yang menjadikan dasar kesamaan pemikiran Jalaluddin Rakhat baik dalm bidang komunikasi ataupun dalm bidang dakwahnya.

Perubahan tingkah laku akibat proses dari komunikasi atau dakwah tersebut adalah respon dari objek. Respon yang ditanggapi secara positif akan melahirkan tingkah laku atau sikap sesuai dengan yang direncanakan oleh komunikator ataupun da’i. adapun respon negative adalah proses perlawanan sikap komunikan atau mad’u terhadap tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana respon merupakan proses reaksi dari aksi yang disampaikan oleh seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar.

Karakteristik dari Jalaluddin Rakhmat sendiri bisa menjadikan karya-karya serta pemikirannya mudah diterima dan diikuti oleh orang lain. Gaya penulisan yang tersendiri jalal menjadikan karyanya menjadi sesuatu yang mudah dikonsumsi orang tanpa memerlukan pemikiran yang tinggi. Dengan demikian pemikiran jalal bisa difahami pada setiap tingkatan.


  1. Bentuk-bentuk Komunikasi Dalam Penyampaian Pesan Dakwah

Sebagaimana diuraikan diatas, adanya komunikasi verbal dan non verbal, telah menghantarkan Jalalluddin Rakhmat menjadi seorang cendikiawan muslim yang pemikirannya mudah diterima pada semua golongan. Baik intelektual, pilotisi, akademisi, aktifis sampai pada jamaah pengajian. Selain itu karya-karya Jalal mudah difahami oleh setiap pembacanya, hal ini menunjukkan kedalaman Jalal serta kemampuan dalam penerapan keilmuan komunikasi dan pemahaman agama yang dimiliki.

Bentuk dari komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Jalaluddin Rakhmat antara lain ; intra personal, Jalal mampu menerapkan apa yang disampaikan pada proses komunikasi dakwah kedalam aktifitas kehidupan sehari-harinya; inter personal, Jalal mampu berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya melalui pendekatan psikologi yang dimilikinya serta kematangan dalam bidang komunikasi dakwah; komunikasi kelompok, baik secara langsung yaitu berhadapan dengan audien pada saat mengisi forum ilmiah atau pengajian ataupun secara tidak langsung melalui tulisan atau media televise dapat dilakukan oleh Jalal; komunikasi massa dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat dituangkan dalam buku Psikologi Komunikasi.

Buku ini termasuk kategori the best seller. Pasalnya sampai sekarang ini sudah dicetak ulang 16 kali dengan 2 kali revisi, bahkan pihak penerbit sudah minta revisi yang ketiga kalinya guna cetak ulang yang ke 17. penilis ingin mengajak para pembaca untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan sesama manusia. Karena berdasarkan penelitian, sebagian besar ( sekitar 70 % ) waktu bangun dalam hidup kita ini digunakan untuk komunikasi. Dengan memahami sisi psikologis seseorang dan massa. Kita sanggup membuka “topeng” dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagi perilaku manusiawi, menarik, melibatkan siapa saja dan dimana saja dan kapan saja.


  1. Model-model Komunikasi Dalam Penyampaian Pesan Dakwah

1. Dakwah Bil-Lisan

Pertama, Dakwah Bil Lisan. Dakwah bil-lisan yang dilakukan Jalaluddin Rakhmat dilakukan dikampung tempatnya tinggal. Berbekal pengkaderan di Muhammadiyah dan training di Dar al-Arqam.

Bukan itu saja, selain aktif di Majlis Pendidikan Muhammadiyah kotamadya Bandung, Jalaluddin Rakhmat juga mengabdi di Majlis Tabligh Muhammadiyah Jawa barat. Selama menjalani studi di Amerika Serikat, kegiatan dakwah Bil Lisan Jalaluddin Rakhmat di lakukan dengan mengisi khutbah-khutbah jum’at. Di Bandung Jalaluddin Rakhmat selain sering menjadi khotib di tempatnya tinggal, ia juga sering diminta mengisi khutbah dmasjid Salman ITB Bandung.

2. Dakwah Bil-Qolam

Kedua, Dakwah yang di lakukan oleh Jalaluddin Rakhmat adalah menggunakan media massa sebagai media dakwahnya. Kehadiran Jalaluddin Rakhmat dengan visi Islam baru ternyata menjadi kecemasan masyarakat sekitarnya, sehingga Jalaluddin Rakhmat dilarang mengis pengajian di Bandung karena beliau dianggap sebagai agen syi’ah di Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Majlis Ulama Indonesia Bandung. Larangan cermah kepada Jalaluddin Rakhmat ternyata membuka pintu lain beliau dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Media massa, menjadi salah satu alternative aktifitas dakwah dan penuangan fikiran-fikiran Jalaluddin Rakhmat.

Sebagai seorang yang ahli dalam bidang komunikasi, Jalaluddin Rakhmat patut disebut sebagai ahli komunikasi yang sepektakular. Hal ini terbukti dengan karya-karya Jalal yang selalu mengalami cetak ulang demi memenuhi kebutuhan konsumen. Buku Psikologi komunikasi yang pada tahun 2003 merupakan hasil dari cetakan ke 20, Islam Alternatif yang pada tahun 2003 mengalami sepuluh kali cetak, Islam Aktual yang pada tahun 2003 telah 14 kali mengalami cetak ulang adalah beberapa karya Jalal yang sangat luar biasa.

3. Dakwah Bil Hal

Ketiga, Dakwah yang dilakukan Jalaluddin Rakhmat dengan mendirikan yayasan yang bermisikan dakwah islam. Dakwah bil hal ini Jalal lakukan dengan mendirikan Yayasan Muthahari di Bandung, kemudian Yayasan Tazkiya Sejati di Jakarta, kemudian Jalaluddin Rakhmat mendirikan jamaah pengajian yang dinamakan Ikatan Jamaah Ahlu al-Bait Indonesia atau IJABI yang sekarang sudah tersebar sampai ke Jakarta, Bekasi, Bogor, Bandung, Surabaya, Semarang, Lampung, Palembang, Banjarmasin, dan kota-kota di Indonesia.

Untuk pengembangan dakwahnya, pada Oktober 1998 bersama-sama Haidar Baqir, Agus Effendy, Ahmad Tafsir, dan Ahmad Muhajir, Kang Jalal mendirikan Yayasan Muthahari yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah. Karena salah satu tujuan didirikan yayasan ini adalah “Menumbuhkan kesadaran Islami melalui gerakan dakwah yang direncanakan secara professional.

Sukses membangun Yayasan Muthahari di Bandung, Jalal kemudian melebarkan dakwahnya. Kali ini yang menjadi pilihan dalah ibukota Jakarta. Dengan dukungan dana dan fasilitas dari keluarga. H. Sudharmono mantan wakil presiden semasa Orde Baru, Kang Jalal mendirikan pusat kajian tasawuf dengan nama “Yayasan Tazkiya Sejati”, yang beralamat dikawasan perumahan elite Jl. Patra Kuning IX No. 6 Jakarta.

Menurut ustaz Syamsuri salah satu ketua, yayasan Tazkiya Sejati ini memiliki dua tujuan . Pertama, ingin memperkenalkan tasawuf kepada masyarakat perkotaan, Kedua, ingin membentuk manusia yang memiliki dua dimensi. Dimensi pertama, dia sadar akan dirinya, dan mau akan mengingat akan dosa-dosanya dan kembali bertobat kepada Allah. Dimensi kedua, punya kepedulian terhadap esama. Karena betapapun tinggi derajat manusia, jika dia tidak punya kepedulian terhadap sesame kedudukanya itu tidak ada artinya apa-apa.

Dengan kata lain Tazkiya ingin membentuk manusia yang hubunganya dengan sesame baik (hablu min al-nas) dan hubungan dengan tuhan juga baik (habl min Allah). Adapun materi yang diajarkan di Tazkiya ini, khusus mengkaji tasawuf dan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan sufistik, seperti perbedaan tasawuf dengan pseudo sufisme. Materi tasawuf itu sendiri dibagi menjadi dua. Satu, membicarakan tasawuf dalam perspektif Al-Qur’an dan sunah. Dua, berbicara tentang tasawuf pada masa tabiin. Sedang materi lainya sering ditawarkan adalah fadhilah surat yasin, al-fatihah, Tawashul, Tabarruk, macam-macam tharekat dalam tasawuf, dan lain-lain.

Disampig kedua yayasan itu, kini Kang Jalal juga memiliki jamaah baru, khusus bagi para penganut mazzhab syi’ah. Jamaah ini diberi nama IJABI, yang merupakan singkatan Ikatan Jamaah Ahlu al-Bait Indonesia, diman ini sebagai penggagas berdirinya, dan sebagai salah satu ketua Dewan Suro,. Jamaahnya kini sudah ada diberbagai kota seperti: Jakarta Bekasi, Bogar, Bandung, Surabaya, Semarang, Lampung, Palembang, Banjarmasin, dan kota-kota lain, baik dijawa maupun diluar jawa. Bahkan kini memiliki 13 cabang diseluruh Indonesia.

Dari uraian diatas jelas bahwa, Jalaluddin Rakhmat menggunakan tiga model dakwah: Bil Lisan, Bil Qolam, dan Bil Hal. Dalam melakukan aktifitanya, Jalaluddin Rakhmat mempunyai ciri kahas tersendiri, inilah yang membuat keistimewaannya. Dengan mengawali cerita menganai kondisi Islam saat ini, jalal uraikan menggunakan bahasa yang halus dan menyentuh, selain itu Jalaluddin Rakhmat mampu menuangkan pemikirannya dalam aktualisasi diri dengan mendirikan yayasan yang membidangan dakwah Islam model sufi.
Komunikasi satu arah, Jalaluddin Rakhmat menyebut komunikasi demikian sebagai komunikasi yang biadab. Komunikasi dua arah, Jalaluddin Rakhmat menitik beratkan komunikan atau orang yang menyampaikan pesan dakwah untuk menjadian audiens atau orang yang sedang didakwahi sebagai mitra

Pengertian Komunikasi Dakwah

PEMIKIRAN

TENTANG KOMUNIKASI DALAM PERSEPEKTIF DAKWAH


  1. Pengertian Komunikasi Dakwah

Menurut Drs. H. Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.

Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.


Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.

Secara umum kata dakwah yang berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti seruan, ajakan, panggilan. Sama halnya dengan para ahli dibidang ilmu dakwah, Jalaluddin Rakhmat juga sepakat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan.

Dilihat dari bahasa kata dakwah atau tabligh mengandung arti proses penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Jalaludin Rakhmat sepanjang karyanya tidak pernah mengaitkan kata komunikasi dan dakwah secara beriringan. Komunikasi oleh jalal digolongkan sebagai keilmuan yang bersifat lebih umum, sedangkan istilah dakwah hanya beberapa kali jalal sampaikan dalam tulisannya. Meski Jalaludin Rakhmat tidak pernah mengaitkan kata dakwah dengan kata komunikasi tetapi dalam menampilkan pengertian serta tujuan yang hendak di capai dalam karya-karya Jalaluddin Rakhmat selalu menampilkan kesamaan.

Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya. Kecenderungan umum keilmuan komunikasi pada dasarnya dilatar belakangi oleh sifat komunikasi yang bisa masuk dalam setiap keilmuan serta kebutuhan keilmuan-keilmuan lain tersebut dengan pengetahuan komunikasi.

Latar belakang pendidikan Jalaluddin Rakhmat yang lebih spesipik pada bidang komunikasi menjadikannya matangan dalam bidang komunikasi. Kematangan Jalal dalam bidang komunikasi telah ditunjukan baik dalam komunikasi verbal yang disampaikan dalam menyampaikan materi-materi ilmiah baik dikampus atuapun dalam seminar dan forum ilmiah lainnya. Dalam komunikasi non verbal, Jalal juga menunjukkan kemampuannya dengan mengisi kolom opini dan ilmiah di media massa baik yang sifatnya lokal ataupun nasional sampai pada dibukukannya karya-karya tersebut baik olehnya sendiri ataupun atas permintaan orang lain.

Kematangan keilmuan dalam bidang komunikasi Jalal diakui juga oleh para pemikir-pemikir lainnya di Indonesia, sehinggi tidak jarang Jalal diminta memberikan kata pengantar pada karya-karya orang lain. Hal ini membuktikan kepercayaan orang lain terhadap pemikiran Jalaluddin Rakhmat sebagai seorang cendikiawan muslim yang membidangi ilmu komunikasi.

Sebagaimana halnya kiprah Jalaluddin Rakhmat dalam bidang komunikasi, dalam bidang dakwah Ia juga selalu melakukan kegiatan dakwah sebagaimana kewajibannya sebagai seorang muslim. Dakwah yang memiliki spesifikasi lebih khusus disbanding dengan keilmuan komunikasi ditekuni Jalal sebagai media dalam mendekatkan diri kepada sang penciptanya.

Dakwah sendiri memeiliki kecenderungan yang lebih khusus dalam bidang siar agama Islam, aktifitas dakwah yang dilakukan Jalal hampir sama dengan aktifitasnya dalam melakukan aktifitas komunikasi. Dalam dakwah bil lisan Jalal senantiasa aktif dalam majlis pengajian baik yang didirikannya ataupun dalam memenuhi undangan guna memberikan pemahaman tentang agama Islam. Dakwah bil hal Jalal dilakukannya dengan mendirikan lembaga pengajian ataupun lembaga torekoh yang dijadikan media dalam menyampaikan gagasan serta pemikirannya guna menjalankan aktifitas dakwahnya.

Dakwah bil Qolam yang dilakukan Jalal memberikan bukti yang kuat pada penerapan keilmuan dakwah yang coba dituangkan dengan pemikiran atau keahlian komunikasi yang dimilikinya. Sebagaimana karya-karya Jalal yang dimuat di media massa, banyak sekali pemikiran-pemikiran Jalal yang memiliki unsure dan materi dakwah.

Kehadiran Jalal dengan pemikiran Islam yang moderen dapat diterima oleh khalayak umum melalui media masa melalui penuangan pemikiran melalui tulisan. Ini semua dikarenakan keahlian Jalal dalam bidang komunikasi.

Meski telah dikatakan tidak adanya keterkaitan antara keilmuan dalam bidang komunikasi dan dakwah akan tetapi Jalaluddin Rakhmat mempu menggabungkan ide dakwahnya melalui kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga jelas bahwa baik kata komunikasi ataupun dakwah secara khusus tidak memiliki kesamaan, namun secara umum kesamaan antara komunikasi dan dakwah pada pesannya dimana pesan pada keilmuan bidang komunikasi lebih bersifat umum sedangkan pesan yang ada dalam keilmuan bidang dakwah lebih khusus pada bidang keagamaan Islam.


  1. Hubungnan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah

Proses penyampaian pesan dakwah berkaitan erat dengan proses komunikasi. Sebagai ahli dibidang komunikasi dan praktisi dakwah, Jalaluddin Rakhmat memandang kemajuan dibidang ilmu moderen harus disambut oleh para juru dakwah dalam mengembangkan Islam. Dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda.

Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsuang, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan.

Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsunag.

  1. Tujuan Komunikasi Dakwah

Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah.

Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku. Dengan demikian tujuan komunikasi dan dakwah hanya dibedakan pada sudut pandang keilmuan umum dan agama saja.

Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan daru proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya dipokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat.


  1. Karakteristik Proses Komunikasi Dakwah

Baik komunikasi atau dakwah keduanya dilakuakan baik secara langsung ataupun tidak langsuang. Dalam proses secara langsung komunikasi ataupun dakwah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu verbal dan non verbal. Dalam penyampaian pesan verbal komunikasi atau dakwah itu bisa bersifat satu arah ataupun dua arah. Dalam komunikasi atau dakwah non verbal kegiatan ini bisa dilakukan memalui berbagai kegiatan atau iklan-iklan yang tujuannya perubahan sikap dan tingkah laku.

Dalam menyampaikan pesan dakwahnya Jalal telah menggunkan dua bentuk penyampaian pesan dakwah. Pertama verbal, dimana pesan komunikasi dakwah yang dilakukan Jalal menggunkan lisan atau ucapan. Kedua non verbal, yaitu pesan dakwah yang disampaikan melalui tulisan. Dalam melakukan pendekatan kepada audiennys Jalal menggunkan beberapa pendekatan. Yaitu, persuasive dan koersif.

Adapun sifat dari pesan dakwah yang disampaikan oleh Jalal adalah Qaulan sadidan (perkataan yang benar), qawlan balighan (perkataan, sampai), Qawlan maysura, Qawlan layyinan, Qawlan ma’rufan. Kata kunci ini yang menjadikan dasar kesamaan pemikiran Jalaluddin Rakhat baik dalm bidang komunikasi ataupun dalm bidang dakwahnya.

Perubahan tingkah laku akibat proses dari komunikasi atau dakwah tersebut adalah respon dari objek. Respon yang ditanggapi secara positif akan melahirkan tingkah laku atau sikap sesuai dengan yang direncanakan oleh komunikator ataupun da’i. adapun respon negative adalah proses perlawanan sikap komunikan atau mad’u terhadap tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana respon merupakan proses reaksi dari aksi yang disampaikan oleh seseorang yang dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar.

Karakteristik dari Jalaluddin Rakhmat sendiri bisa menjadikan karya-karya serta pemikirannya mudah diterima dan diikuti oleh orang lain. Gaya penulisan yang tersendiri jalal menjadikan karyanya menjadi sesuatu yang mudah dikonsumsi orang tanpa memerlukan pemikiran yang tinggi. Dengan demikian pemikiran jalal bisa difahami pada setiap tingkatan.


  1. Bentuk-bentuk Komunikasi Dalam Penyampaian Pesan Dakwah

Sebagaimana diuraikan diatas, adanya komunikasi verbal dan non verbal, telah menghantarkan Jalalluddin Rakhmat menjadi seorang cendikiawan muslim yang pemikirannya mudah diterima pada semua golongan. Baik intelektual, pilotisi, akademisi, aktifis sampai pada jamaah pengajian. Selain itu karya-karya Jalal mudah difahami oleh setiap pembacanya, hal ini menunjukkan kedalaman Jalal serta kemampuan dalam penerapan keilmuan komunikasi dan pemahaman agama yang dimiliki.

Bentuk dari komunikasi dakwah yang dilakukan oleh Jalaluddin Rakhmat antara lain ; intra personal, Jalal mampu menerapkan apa yang disampaikan pada proses komunikasi dakwah kedalam aktifitas kehidupan sehari-harinya; inter personal, Jalal mampu berkomunikasi dengan orang-orang disekelilingnya melalui pendekatan psikologi yang dimilikinya serta kematangan dalam bidang komunikasi dakwah; komunikasi kelompok, baik secara langsung yaitu berhadapan dengan audien pada saat mengisi forum ilmiah atau pengajian ataupun secara tidak langsung melalui tulisan atau media televise dapat dilakukan oleh Jalal; komunikasi massa dalam pemikiran Jalaluddin Rakhmat dituangkan dalam buku Psikologi Komunikasi.

Buku ini termasuk kategori the best seller. Pasalnya sampai sekarang ini sudah dicetak ulang 16 kali dengan 2 kali revisi, bahkan pihak penerbit sudah minta revisi yang ketiga kalinya guna cetak ulang yang ke 17. penilis ingin mengajak para pembaca untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan sesama manusia. Karena berdasarkan penelitian, sebagian besar ( sekitar 70 % ) waktu bangun dalam hidup kita ini digunakan untuk komunikasi. Dengan memahami sisi psikologis seseorang dan massa. Kita sanggup membuka “topeng” dan menjawab pertanyaan “mengapa”. Psikologi melihat komunikasi sebagi perilaku manusiawi, menarik, melibatkan siapa saja dan dimana saja dan kapan saja.


  1. Model-model Komunikasi Dalam Penyampaian Pesan Dakwah

1. Dakwah Bil-Lisan

Pertama, Dakwah Bil Lisan. Dakwah bil-lisan yang dilakukan Jalaluddin Rakhmat dilakukan dikampung tempatnya tinggal. Berbekal pengkaderan di Muhammadiyah dan training di Dar al-Arqam.

Bukan itu saja, selain aktif di Majlis Pendidikan Muhammadiyah kotamadya Bandung, Jalaluddin Rakhmat juga mengabdi di Majlis Tabligh Muhammadiyah Jawa barat. Selama menjalani studi di Amerika Serikat, kegiatan dakwah Bil Lisan Jalaluddin Rakhmat di lakukan dengan mengisi khutbah-khutbah jum’at. Di Bandung Jalaluddin Rakhmat selain sering menjadi khotib di tempatnya tinggal, ia juga sering diminta mengisi khutbah dmasjid Salman ITB Bandung.

2. Dakwah Bil-Qolam

Kedua, Dakwah yang di lakukan oleh Jalaluddin Rakhmat adalah menggunakan media massa sebagai media dakwahnya. Kehadiran Jalaluddin Rakhmat dengan visi Islam baru ternyata menjadi kecemasan masyarakat sekitarnya, sehingga Jalaluddin Rakhmat dilarang mengis pengajian di Bandung karena beliau dianggap sebagai agen syi’ah di Indonesia. Hal ini dilakukan oleh Majlis Ulama Indonesia Bandung. Larangan cermah kepada Jalaluddin Rakhmat ternyata membuka pintu lain beliau dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Media massa, menjadi salah satu alternative aktifitas dakwah dan penuangan fikiran-fikiran Jalaluddin Rakhmat.

Sebagai seorang yang ahli dalam bidang komunikasi, Jalaluddin Rakhmat patut disebut sebagai ahli komunikasi yang sepektakular. Hal ini terbukti dengan karya-karya Jalal yang selalu mengalami cetak ulang demi memenuhi kebutuhan konsumen. Buku Psikologi komunikasi yang pada tahun 2003 merupakan hasil dari cetakan ke 20, Islam Alternatif yang pada tahun 2003 mengalami sepuluh kali cetak, Islam Aktual yang pada tahun 2003 telah 14 kali mengalami cetak ulang adalah beberapa karya Jalal yang sangat luar biasa.

3. Dakwah Bil Hal

Ketiga, Dakwah yang dilakukan Jalaluddin Rakhmat dengan mendirikan yayasan yang bermisikan dakwah islam. Dakwah bil hal ini Jalal lakukan dengan mendirikan Yayasan Muthahari di Bandung, kemudian Yayasan Tazkiya Sejati di Jakarta, kemudian Jalaluddin Rakhmat mendirikan jamaah pengajian yang dinamakan Ikatan Jamaah Ahlu al-Bait Indonesia atau IJABI yang sekarang sudah tersebar sampai ke Jakarta, Bekasi, Bogor, Bandung, Surabaya, Semarang, Lampung, Palembang, Banjarmasin, dan kota-kota di Indonesia.

Untuk pengembangan dakwahnya, pada Oktober 1998 bersama-sama Haidar Baqir, Agus Effendy, Ahmad Tafsir, dan Ahmad Muhajir, Kang Jalal mendirikan Yayasan Muthahari yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah. Karena salah satu tujuan didirikan yayasan ini adalah “Menumbuhkan kesadaran Islami melalui gerakan dakwah yang direncanakan secara professional.

Sukses membangun Yayasan Muthahari di Bandung, Jalal kemudian melebarkan dakwahnya. Kali ini yang menjadi pilihan dalah ibukota Jakarta. Dengan dukungan dana dan fasilitas dari keluarga. H. Sudharmono mantan wakil presiden semasa Orde Baru, Kang Jalal mendirikan pusat kajian tasawuf dengan nama “Yayasan Tazkiya Sejati”, yang beralamat dikawasan perumahan elite Jl. Patra Kuning IX No. 6 Jakarta.

Menurut ustaz Syamsuri salah satu ketua, yayasan Tazkiya Sejati ini memiliki dua tujuan . Pertama, ingin memperkenalkan tasawuf kepada masyarakat perkotaan, Kedua, ingin membentuk manusia yang memiliki dua dimensi. Dimensi pertama, dia sadar akan dirinya, dan mau akan mengingat akan dosa-dosanya dan kembali bertobat kepada Allah. Dimensi kedua, punya kepedulian terhadap esama. Karena betapapun tinggi derajat manusia, jika dia tidak punya kepedulian terhadap sesame kedudukanya itu tidak ada artinya apa-apa.

Dengan kata lain Tazkiya ingin membentuk manusia yang hubunganya dengan sesame baik (hablu min al-nas) dan hubungan dengan tuhan juga baik (habl min Allah). Adapun materi yang diajarkan di Tazkiya ini, khusus mengkaji tasawuf dan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan sufistik, seperti perbedaan tasawuf dengan pseudo sufisme. Materi tasawuf itu sendiri dibagi menjadi dua. Satu, membicarakan tasawuf dalam perspektif Al-Qur’an dan sunah. Dua, berbicara tentang tasawuf pada masa tabiin. Sedang materi lainya sering ditawarkan adalah fadhilah surat yasin, al-fatihah, Tawashul, Tabarruk, macam-macam tharekat dalam tasawuf, dan lain-lain.

Disampig kedua yayasan itu, kini Kang Jalal juga memiliki jamaah baru, khusus bagi para penganut mazzhab syi’ah. Jamaah ini diberi nama IJABI, yang merupakan singkatan Ikatan Jamaah Ahlu al-Bait Indonesia, diman ini sebagai penggagas berdirinya, dan sebagai salah satu ketua Dewan Suro,. Jamaahnya kini sudah ada diberbagai kota seperti: Jakarta Bekasi, Bogar, Bandung, Surabaya, Semarang, Lampung, Palembang, Banjarmasin, dan kota-kota lain, baik dijawa maupun diluar jawa. Bahkan kini memiliki 13 cabang diseluruh Indonesia.

Dari uraian diatas jelas bahwa, Jalaluddin Rakhmat menggunakan tiga model dakwah: Bil Lisan, Bil Qolam, dan Bil Hal. Dalam melakukan aktifitanya, Jalaluddin Rakhmat mempunyai ciri kahas tersendiri, inilah yang membuat keistimewaannya. Dengan mengawali cerita menganai kondisi Islam saat ini, jalal uraikan menggunakan bahasa yang halus dan menyentuh, selain itu Jalaluddin Rakhmat mampu menuangkan pemikirannya dalam aktualisasi diri dengan mendirikan yayasan yang membidangan dakwah Islam model sufi.
Komunikasi satu arah, Jalaluddin Rakhmat menyebut komunikasi demikian sebagai komunikasi yang biadab. Komunikasi dua arah, Jalaluddin Rakhmat menitik beratkan komunikan atau orang yang menyampaikan pesan dakwah untuk menjadian audiens atau orang yang sedang didakwahi sebagai mitra

Strategi Dakwah



PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya.
Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kat bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell, yaitu:
* Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
* Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
* In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
* To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?)
* With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?)


Pertanyaan "efek apa yang diharapkan" secara emplisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut, yakni :
> When (Kapan dilaksanakannya?)
> How (Bagaimana melaksanakannya?)
> Why (Mengapa dilaksanakan demikian?)

Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi dakwah sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan dakwah bisa berjenis-jenis, yakni :
> Menyebarkan Informasi
> Melakukan Persuasi
> Melaksanakan Instruksi.


PENTINGNYA STRATEGI DAKWAH
Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.
Dengan demikian strategi dakwah, baik secara makro maupun secar mikro mempunyai funsi ganda, yaitu :
a. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informative, persuasive dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b. Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilaii-nilai dan norma-norma agama maupun budaya.
Bahasan ini sifatnya sederhana saja, meskipun demikian diharapkan dapat menggugah perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro, untuk memperdalaminya.
Jika kita sudah tau dan memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena ini ada kitannya dengan media yang harus kita gunakan. Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita bias mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
a. Dakwah secara tatap muka (face to face)
- Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari mad'u.
- Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback).
- Dapat saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita sampaikan. Sehingga umpan balik tetap menyenangkan kita.
- Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh bisa berdialog dengannya.
b. Dakwah melalui media.
- Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatife.
- Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku.
- Kelemhannya tidak persuasive
- Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar.

PERANAN DA'I DALAM STRATEGI DAKWAH
Dalam strategi dakwah peranan dakwah sangatlah penting. Strategi dakwah harus luwes sedemikian rupa sehingga da'i sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat proses dakwah bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika proses dakwah berlangsung melalui media.
Maknanya :
# Proses pentahapannya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini pada diri seorang da'i harus menimbulkan daya tarik (source attactiveness).
# Sikap da'i berusaha menciptakan kesamaan atau menyamakan diri deengan mad'u sehingga menimbulkan simpati mad'u pada da'i.
# Dalam membangkitkan perhatian hindarkan kemunculan himbauan (appeal) yang negative sehingga menumbuhkan kegelisahan dan rasa takut.
# Apabila perhatian mad'u telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat lebih tinggi dari perhatian.
# Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan mad'u.
# Hasrat saja pada diri mad'u belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan keputusan (decission), yakni keputusan untuk melakukan kegiatan (action) sebagaimana diharapkan da'i.

STRATEGI DAKWAH
Dengan strategi dakwah seorang da'i harus berfikir secara konseptual dan bertindak secara sistematik. Sebab komunikasi tersebut bersifat paradigmatik.
Paradigma adalah pola yang mencakup sejumlah komponen yang terkorelasikan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan.
Suatu paradigma mengandung tujuan. Dan tujuan pada paradigma tesebut , yakni "mengubah sika, opini atau pandangan dan perilaku". (to change the attitude, opinion and behavior), sehingga timbul pada diri mad'u efek afektif, efek kognitif, dan efek konatif atau behavioral.
1. Proses Dakwah
§ Dalam menyusun strategi dakwah harus menghayati proses komunikasi yang akan dilancarkan.
§ Proses dakwah harus berlangsung secara "berputar"(circular), tidak "melurus" (linear). Maksudnya, pesan yang sampai kepada mad'u efeknya dalam bentuk tanggapan mengarus menjadi umpan balik.
§ Mengevaluasi efek dari umpan balik terseut negative atau positif.
2. Da'i
§ Mendalami pengetahuan Alqur'an dan Hadits, pengetahuan huukum Islam lainnya. Sejarah nabi, ibadah, muamalah, akhlak, dan pengetahuan Islam lainnya.
§ Menggabungkan pengetahuan lama dan modern.
§ Menguasai bahasa setempat.
§ Mengetahui cara berdakwah, system pendidikan dan pengajaran, mengawasi dan mengarahkan.
§ Berakhlak mulia.
§ Para da'i harus bijaksana, dan berpenampilan yang baik.
§ Para da'i haus pandai memilih judul, dan menjauhkan yang membawa kepada keraguan.
§ Da'i adalah imam dan pemimpin.
3. Pesan Dakwah
§ Sistematis dan objektif.
§ Bahasanya ringan sesuai dengan situasi dan kondisi.
§ Tidak harus panjang lebar.
§ Pesan dakwah sesuai dengan Alqur'an dan Hadits.
§ Meyakinkan tidak meragukan.
§ Isinya menggambarkan tema pesan secara menyeluruh.
4. Media Dakwah
§ Radio
§ Mimbar
§ Televisi
§ Dan Publikasi lainnya
§ Film Teater
§ Majalah
§ Reklame
§ Surat Kabar
5. Mad'u
§ Komponen yang paling banyak meminta perhatian.
§ Sifatnya, heterogen dan kompleks.
§ Selektif dan kritis memperhatikan suatu pesan dakwah, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya

6. Efek Dakwah
§ Efek kognitif (cognitive effect), berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak memahami, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contohnya; berita, tajuk rencana, artikel dan sebagainya.
§ Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Misalnya, perasaan marah, kecewa, kesal, gembira, benci dan masih banyak lagi.
§ Efek konatif (efek behavioral), bersangkutan deengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek konatif timbul setelah muncul efek kognitif dan afektif. Misalnya, seorang suami yang bertekad berkeluaga dengan dua anak saja merupakan efek konatif setelah ia menyaksikan fragmen acara televisi, betapa bahagianya beranak dua dan sebaliknya betapa repotnya beranak banyak.



Daftar Pustaka
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta: PP LAKPESDAM NU. 2006.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikas. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 2003.
Syihata, Abdullah. Dakwah Islamiyah. Jakarta: Depag. 1986.